Cuaca Tak Selamanya Buruk

Dear waktu yang merindui perjumpaan denganku,

 

Bagaimana keadaanmu hari ini, Iwanuwuwu? Sudah membaik kah? Atau kau masih saja membuang obat yang katamu sebesar jempol itu?

Kali ini, lagi-lagi suratmu datang tak tepat waktu, ketika ada begitu banyak rindu yang meriuh di kepalaku. Kini ia membadai, mendesak hendak keluar. Memaksaku untuk merangkai banyak angan yang menyesakkan. Tapi aku kira, tidak akan ada waktu yang tepat, karena rinduku enggan pulang. Dia telah bersemanyam dengan nyaman.

Kadang aku menelusuri banyak ingatan terselip diantara banyak perjumpaan yang kita rencanakan. Meski kadang aku tersesat dalam labirin yang kubuat sendiri, tapi mengingatmu selalu bisa menuntunku menuju jalan keluar. Meski tak bisa membalikkan waktu, aku yakin, pertemuan tak hanya sekedar omong kosong di tiap percakapan.

Cuaca tak selamanya buruk, kau tahu itu, jadi bujuklah hatimu untuk terus mengingatku. Agar tak terjebak pada pekatnya langit, dan rindu tak turut hanyut.

Ah, iya. Aku baik-baik saja. Walaupun kadang asam lambungku masih sering mengganggu kesenanganku saat merindukanmu. Tapi tenanglah, aku tidak akan membuang obat-obatan dari dokter sepertimu.

 

Dariku yang merindukanmu, selalu.
Ayuuwuwu

Balasan Hatiku Masih Seburuk Cuaca Jakarta dari Iwan Sugianto

Untuk diikutsertakan dalam project 30HariMenulisSuratCinta dari @PosCinta

Tinggalkan komentar